Selamat Datang di Website Partabagsel Bersatu: Wadah Perhimpunan Masyarakat Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Padangsidimpuan, Padang Lawas dan Padang Lawas Utara. HORAS TONDI MADINGIN, SAYUR MATUA BULUNG..

MONUMEN BENTENG HURABA DAN SEMANGAT JUANG MEMBELA TANAH AIR

Oleh : Mahmun Syarif Nasution


Pendahuluan

Indonesia adalah negeri yang kaya akan sejarah perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaannya. Setiap sudut tanah air menyimpan cerita heroik dari para pahlawan yang berjuang dengan gagah berani. Salah satu saksi bisu perjuangan tersebut adalah Monumen Benteng Huraba, yang terletak di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Monumen ini menjadi simbol kegigihan dan keberanian para pejuang Indonesia dalam melawan penjajah. Melalui artikel ini, kita akan menelusuri sejarah Benteng Huraba, mengenang para pahlawan yang gugur, serta merefleksikan tugas bela negara di masa kini.

Sejarah Benteng Huraba

Monumen Benteng Huraba merupakan bukti peninggalan sejarah Indonesia yang saat ini masih bertahan, dimana monumen benteng ini dahulu merupakan tempat pertahanan para pejuang bersama untuk melawan bangsa penjajah Belanda dalam Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948. 

Sejak awal perjuangan masyarakat Benteng Huraba bukan hanya melawan orang Belanda yang menjajah Indonesia pada saat itu, akan tetapi juga melawan para pemberontak dari masyarakat pribumi ataupun orang-orang yang menjadi pengikut Belanda pada dulunya. Orang-orang pengikut Belanda ini juga dijuluki sebagai Belanda Hitam oleh masyarakat Benteng Huraba, hal ini dikarenakan orang pribumi pada dasarnya memiliki warna kulit hitam manis, itulah sebabnya pada zaman dulu muncul julukan Belanda Hitam. 

Pada peninggalan sejarah yang ada di Benteng Huraba disebutkan bahwa dalam pertempuranmempertahankan Benteng Huraba terjadi pada tanggal 5 Mei 1949 telah gugur pejuang bangsa sebanyak 27 orang, dengan korban Angkatan Darat 16 orang dan anggota Polri 11 orang.

Menurut sejarahnya, Monumen Benteng Huraba ini merupakan pos pertahanan para pejuang bersama rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa perang kemerdekaan di Kecamatan Batang Angkola ini atau tepatnya di Desa Benteng Huraba ini merupakan rentetan Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948 yang terjadi pada masa revolusi pisik.

Benteng Huraba dibangun pada masa agresi militer Belanda ke-2 tahun 1949. Saat itu, Belanda berusaha untuk menguasai kembali Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Kawasan Tapanuli Selatan menjadi salah satu medan pertempuran yang sangat strategis. Benteng Huraba dibangun sebagai benteng pertahanan oleh pasukan Republik Indonesia untuk menghalau serangan Belanda.

Para Pahlawan yang Gugur 

Di balik kemenangan yang diraih, terdapat pengorbanan besar yang dilakukan oleh para pejuang di Benteng Huraba. Selain Mayor Mas Kadiran, nama Pahlawan lain seperti, Mayor Bejo, juga terukir sebagai pejuang melawan agresi Belanda dalam peristiwa bersejarah di Monumen Benteng Huraba ini. Banyak di antara mereka yang harus meregang nyawa dalam pertempuran tersebut. Nama-nama mereka kini diabadikan di monumen yang berdiri megah di lokasi benteng. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang dengan ikhlas menyerahkan nyawa demi tegaknya kedaulatan Indonesia.

Pahlawan yang gugur dalam pertempuran di Benteng Huraba telah dikenang secara khusus oleh masyarakat setempat. Kisah heroik mereka terus diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk selalu mencintai dan membela tanah air. Monumen ini juga menjadi tempat ziarah, di mana masyarakat dapat menghormati dan mengenang jasa-jasa para pahlawan tersebut.

Tugas Bela Negara Masa Kini 

Perjuangan membela tanah air tidak berakhir dengan berakhirnya perang kemerdekaan. Di era modern ini, tugas bela negara telah berubah bentuk, namun semangat yang sama tetap harus dijaga. Bela negara kini mencakup berbagai aspek, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga menjaga persatuan di tengah keberagaman.

Generasi muda diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan bangsa melalui prestasi di bidang akademis dan non-akademis. Di dunia ekonomi, bela negara dapat diwujudkan dengan mendukung industri lokal, menggunakan produk dalam negeri, dan berkontribusi dalam perekonomian nasional. Di era digital, bela negara juga berarti melindungi kedaulatan informasi dan menjaga keamanan siber dari berbagai ancaman.

Selain itu, menjaga kerukunan dan persatuan di antara sesama warga negara adalah tugas yang tidak kalah pentingnya. Di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya, kita harus selalu ingat bahwa persatuan adalah kekuatan utama bangsa Indonesia. Tugas bela negara ini harus dijalankan oleh setiap warga, sebagai wujud penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan yang telah gugur demi kemerdekaan.

Penutup

Monumen Benteng Huraba bukan hanya sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga sebuah simbol yang mengingatkan kita akan pentingnya tugas bela negara. Perjuangan para pahlawan di benteng ini adalah bukti nyata bahwa kemerdekaan tidak datang dengan mudah, melainkan melalui pengorbanan yang luar biasa. Tugas kita saat ini adalah meneruskan semangat perjuangan mereka dalam bentuk yang sesuai dengan tantangan zaman.

Dengan menjaga persatuan, berkontribusi pada pembangunan bangsa, dan melindungi kedaulatan negara di berbagai bidang, kita dapat memastikan bahwa semangat membela tanah air tetap hidup dalam setiap diri kita. Monumen Benteng Huraba mengajarkan kita bahwa cinta tanah air bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang berjuang untuk masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.

: